Senin, 11 Agustus 2008

Tabung ASI Selagi Bekerja


KECENDERUNGAN wanita karier untuk memberikan ASI semakin menurun. Padahal ada cara menyiasati memberikan ASI tanpa meninggalkan kewajiban bekerja.

Ketua Badan Kerja Peningkatan Air Susu Ibu dr Dien Sanyoto Besar SpA IBCLC menjelaskan, yang namanya sukses menyusui adalah jika ibu menyusui anak dengan benar dan bayi memperoleh ASI sepenuhnya sesuai rekomendasi Badan Kesehatan Dunia (WHO) dan kebijakan nasional.

"Memberi ASI eksklusif ini waktunya adalah sejak lahir sampai bayi berumur 6 bulan. Kemudian dilanjutkan menyusui sampai usia 2 tahun bersama makanan pendamping ASI yang benar," tutur dokter Universitas Airlangga, Surabaya, ini.

Dien mengatakan, setiap bayi mempunyai hak memperoleh kesehatan tertinggi, termasuk makanan terbaik yaitu ASI. Setiap ibu juga mempunyai hak menyusui untuk peningkatan kesehatan ibu sekaligus peningkatan kesehatan bayinya. "Karena ASI memberikan manfaat yang banyak. Sebab itu hendaknya ibu memberikan ASI kepada sang bayi," ujarnya.

Lantas bagaimana bila ibu harus kembali bekerja dan ingin tetap memberi ASI untuk buah hatinya? Solusinya tentu sudah dimengerti oleh sebagian besar ibu, yaitu dengan menabung dan memeras ASI. "Ibu sebaiknya sudah belajar memerah ASI sejak setelah melahirkan di rumah sakit," ujar spesialis anak dari Sentra Laktasi, Dr Nanis Sacharina Marzuki Sp A.

Dr Nanis menyarankan, ibu sebaiknya sudah bisa mulai menabung ASI sejak 1 bulan sebelum kembali bekerja. ASI tahan disimpan selama 6 jam dalam suhu ruangan dan bisa tahan sampai 24 jam pada termos yang diberi es batu. "ASI juga dapat disimpan di lemari es selama 3 hari dan dalam freezer selama 3 bulan," katanya seraya menyarankan agar para ibu menghubungi sentra laktasi terdekat agar memperoleh informasi yang lebih jelas.

Memeras ASI sangat bermanfaat untuk memberikan makan, terutama pada bayi yang lahir dengan berat badan rendah. Selain itu, aktivitas ini juga bisa menghilangkan bendungan ASI di payudara, menghilangkan rembesan ASI, serta menjaga pasokan ASI saat ibu sakit, saat ibu bepergian atau bekerja.

Di samping memeras secara manual menggunakan jari-jari tangan dan botol hangat, saat ini juga sudah banyak tersedia pompa ASI, baik yang manual maupun elektrik. Peralatan tersebut umumnya unggul karena mudah dan praktis. Namun dalam hal kenyamanan tergantung masing-masing ibu.

"Saat di tempat kerja, ibu sebaiknya memeras ASI setiap 3 jam selama kurang lebih 15 menit pada payudara kanan dan kiri. Namun, ibu tidak perlu khawatir karena ASI yang belum diperah tidak akan basi. Jika di kantor tidak ada lemari es, ibu bisa membawa cooler box untuk penyimpanan sementara," sarannya.

Saat ibu berada di rumah, usahakan sebanyak mungkin menyusui dengan cara breast feeding (langsung dari payudara), terutama ketika bayi merasa lapar. Pemberian ASI yang sudah diperas hanya pada kondisi ketika ibu tidak memungkinkan menyusui langsung. Untuk keperluan tersebut, tiga minggu sebelum masa cuti berakhir, ajari bayi untuk menikmati ASI dengan cara spoon feeding (dengan sendok bayi). Pemberian dengan dot atau botol sebaiknya dihindari karena akan merusak mekanisme dan bisa menyebabkan "bingung puting", yaitu kondisi bayi menolak puting ibunya.

Menyusui memang menjadi kodrat seorang ibu. Bahkan, jika memungkinkan, idealnya bayi lekas disusui segera setelah dilahirkan. "Begitu terdengar lengking tangis bayi mengawali kehadirannya di muka bumi, tali pusat digunting, bayi pun ditaruh di atas perut ibu agar dapat merasakan kedekatan emosional. Si kecil pun segera mencari puting susu ibu dan mulai menetek," kata spesialis anak dari Yayasan Orangtua Peduli, Dr Purnamawati S Pujiarto SpA (K) MMPed.

Dia menambahkan, sebagian besar kegagalan ASI eksklusif terutama di Indonesia sebenarnya bersifat preventable, artinya bisa dicegah.

Tidak ada komentar: